Karena kekuatan doa sungguh sangat luar biasa. Pembicaraan yang menarik, kebersamaan dalam suhu 23 derajat kota Malang. Ini hanya untuk bertemu seorang sahabat yang sudah menjadi keluarga kami.
Lapas Wanita Kelas IIA Malang, Sukun
[11/15, 16:19] Andy Rahmana: Tatkala
[11/15, 16:19] Danis Novita Perdana: Namun apa daya..
[11/15, 16:19] Ade Ari: Hem harapan pupus beberapa detik
[11/15, 16:20] Andy Rahmana: Karena detik tak pernah melangkah mundur
[11/15, 16:21] Novilia Purwanti: apa?
[11/15, 16:22] Adi Rano: Ketika mata batin ini melihat papan pengumuman itu, Hitam di atas putih
[11/15, 16:22] Ade Ari: Ya sudahlah...
[11/15, 16:31] Andy Rahmana: Lalu dadang membenturkan diri ke pintu gerbang lapas beberapa kali
[11/15, 16:32] Rizal Ardiansyah: Apakah kepalamu juga kamu benturkan, andy?
[11/15, 16:32] Ade Ari: Dan terbukala gerbang yang tak bertuan...
[11/15, 16:33] Ade Ari: Cinta.
[11/15, 16:33] Andy Rahmana: Hey orang asing, jaga bicaramu...
[11/15, 16:33] Ade Ari: ?
[11/15, 16:37] Yerry Anggoro: Tiba tiba sosok berseragam dan berkumis, keluar bagai seorang penentu kebijakan
[11/15, 16:45] Adi Rano:
" stop, Dang, hentikan !!! "
Kataku ngeri, cukupkan..
"
sekeras apapun tubuhmu, tak kan mampu mendobrak pertahanan mereka,
percuma saja. " sambil nanar aku menatap sosok berseragam itu
[11/15, 16:47] Andy Rahmana: Dadangpun tertelungkup lesu dan drolling karena suicide pecel
[11/15, 17:36] Novilia Purwanti: apa ..? aku tak mengerti sistem ini..
[11/15, 17:45] Yan Azmi Edo Arizanur: Bagaikan langit disore hari
[11/15, 19:30] Adi Rano:
Sore, senandungkan kisahnya
Langit, iringi syahduhnya
Angin, sampaikan pada dunia,
Kisah yang kami alunkan..
Seakan
menghakimi, kami dibuat tak berdaya oleh sistem tersebut,... ucapan
yang keluar dari mulut sang sipir terdengar bagai final. Hati kami
mencelos, tak berdaya.
Sayup, nada itu mengalir jauh terngiang di telingaku, bimbang..
Pertama kali aku tergugah
Dalam setiap kata yang kau ucap
Bila malam tlah datang
Terkadang ingin ku tulis semua perasaan
Kata orang rindu itu indah
Namun bagiku ini menyiksa
Sejenak ku fikirkan untuk ku benci saja dirimu
Namun sulit ku membenci
Pejamkan mata bila kuingin bernafas lega
Dalam anganku aku berada disatu
Persimpangan jalan yang sulit kupilih
Ku peluk semua indah hidupku
Hikmah yang ku rasa sangat tulus
Ada dan tiada cinta bagiku tak mengapa
Namun ada yang hilang separuh
Diriku
Gerbang pertahanan terbuka lebar, kata orang malaikat
itu bersayap. Namun, sesaat yang kulihat malaikat itu tak bersayap tapi
berbatik. Novilia juga melihat malaikat itu berusaha mendapat perhatian
sang malaikat. Dan tertangkap olehku lukis wajah novilia, miris,
Lukis wajahnya tersirat
"
ayolah, pertemukan kami dengan sahabat kami !! Kami mohon, ini
kesempatan 'terbatas' yang kami miliki. Kami datang dari jauh..
tolonglah, ijinkan kami masuk "
Dapat !! Kataku,
Novilia
berhasil mendapatkan perhatian malaikat berbatik itu, seorang ibu,
dengan tampang penasaran yang amat sangat. Menatap lekat ke arahnya,
menatap iba ke arah kami. Ke arah sepuluh pasang mata yang berbicara "
ya Tuhan, give some wonderfull miracle for us "
Namun pupus,
rasanya seperti kau diberi kesempatan memiliki sepasang sayap dan bisa
terbang bebas, tapi sirna seketika ada yang mengambil satu sayapmu.
Harapan kami pupus tatkala sang malaikat sambil lalu, tanpa berucap
pergi meninggalkan kami. Hati kami nelangsa.
Detik detik berlalu, dan nada nada itu kembali menyerangku kembali,
menghitung hari detik demi detik
menunggu itu kan menjemukan
tapi ku sabar menanti jawabmu
jawab cintamu
jangan kau beri harapan padaku
seperti ingin tapi tak ingin
yg aku minta tulus hatimu
bukan pura-pura
Dan, itulah..
Peran keajaiban yang kami munajatkan bekerja. Simple.
Sosok
berseragam dan berkumis keluar dari gerbang. Dan kata kata yang
mengalir dari mulutnya seakan membuat tanah tempat kami berpijak
bergetar. Sepuluh jantung berdegup dengan kencang.
" jangan gundah
anak muda. Aku datang membawa kabar dari seorang malaikat yang
mengutusku menemui kalian. Ya, pintu gerbang ini terbuka untuk kalian.
Segera masuk, waktu kalian tak banyak. Temuilah sahabat kalian "
Bagaikan
terkena serangan kembang api, kami seperti anak kecil yang diberi
kesempatan bermain di taman tanpa memperdulikan waktu tidur siang.
Sepuluh mulut melengkung membentuk senyum selebar lapangan bola. Sepuluh
perasaan dari gen yang berbeda sedang bergelut dengan syaraf sensorik
dan motorik yang saling bertabrakan.
Terimakasih Tuhan. Keajaiban
yang kau ciptakan mungkin oleh sebagian orang tidaklah istimewa, namun
bagi kami bersepuluh itu adalah hal yang luar biasa. Dan itulah, setelah
melewati proses rontgent yang menggelisahkan sambil deg deg an. Kami
berhasil menemui sahabat kami.
Regard
andy, berly, novil, yerry, ade, dimas, yuliana, danis, and man of the day, dadang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar